Cukup banyak pebisnis yang putra-putrinya mempunyai ethos kerja yang bagus. Mereka disekolahkan di sekolah terbaik, dididik dengan disiplin yang ketat, terlatih bersaing di kelas, dan lulus dengan nilai terbaik. Beberapa turunan pelaku bisnis ini lalu bekerja di perusahaan besar atau di instansi pemerintah. Mereka sibuk dengan kariernya, sementara ayahnya usaha terus meneruskan peningkatan usaha yang dirintis semenjak muda. Apa yang terjadi disaat pelaku bisnis ini makin tua? Putranya terlalu sibuk dengan kariernya, hingga kurang tertarik dengan usaha orang tuanya. Walau sebenarnya seluruh orang tahu, karena usaha ayahnyalah dia dapat sekolah sampai perguruan tinggi.
Sementara si anak makin berusaha keras untuk dirinya sendiri, si ayah berasa apa yang dirintisnya sekarang susah diturunkan ke anaknya, karena anaknya mempunyai ethos kerja yang cuman berguna untuk kariernya saja, tidak untuk peningkatan usaha yang diturunkan dari orangtua padanya.
Di daerah saya, ada wilayah di mana waktu saya kecil sejauh jalan kota dipenuhi beberapa toko yang pemiliknya ialah warga setempat. Beberapa toko itu maju cepat di tangan pendiri. Beberapa toko itu sekarang semakin maju lagi, tetapi sayang sekarang pemiliknya bukan generasi ahli waris si pendiri. Sebenarnya anak-anak pendiri toko bukan pemalas, tetapi tujuan hidupnya tak lagi dengan berwiraswasta.
Adapula pebisnis yang mempunyai daya kepemimpinan karismatik dalam meningkatkan usahanya. Intuisinya bagus dan berkilau. Dia tidak terlihat sibuk seperti eksekutif, tetapi sekali bertemu dengan teamnya di kantor, dia bisa langsung memutuskan taktis untuk meningkatkan usaha. Saat anaknya mulai menggantinya, tidak ada aura kewibawaan seorang pimpinan usaha. Yang dirasa di lingkungan perusahaan ialah seorang anak pintar, berusaha keras, tetapi kurang wibawa. Ditambah lagi, si ahli waris ini lebih sukai hidup dalam kemewahan, dan kurang punyai karakter kedermawanan. Bisa diterka, pada tangan anaknya, usaha keluarga ini makin melorot.
Tiga Ethos Wiraswasta
Saya merenung, jika begitu peristiwanya, berarti untuk si ahli waris usaha keluarga, tidak cuma ethos kerja yang mereka perlukan, tetapi ethos yang lain, yang selanjutnya saya sebutkan ethos wiraswasta. Saya merangkum 3 ethos khusus wiraswasta yang sering jadi ciri-ciri pebisnis luar biasa dan mulia, yakni ethos uang produktif, ethos pemberdaya dan ethos tangan di atas.
Pesan khusus dari ethos uang produktif ialah sisihkan beberapa pendapatan anda untuk membuat pendapatan baru atau untuk menambahkan pendapatan pokok. Coba kita saksikan banyak pebisnis yang usahanya semakin berkembang. Mereka tidak berarti tidak pernah pailit, tetapi “mati satu tumbuh seribu”. Tiap memperoleh hasil, yang diprioritaskan bukan beli mobil baru atau rumah yang lebih mewah, tetapi menyisihkan supaya terbentuk pendapatan baru. Bila tidak berhasil, mencari alternative lain. Demikian seterusnya.
Untuk mendukung sikap “uang produktif” mereka, beberapa pebisnis luar biasa, mempunyai ethos pemberdaya, yakni ialah kekuatan, tekad dan kebanggaan untuk mendayagunakan seseorang. Ya, jika dalam beberapa pembicaraan pelaku bisnis pemula kerap kita dengar orang mengeluhkan tidak bisa cari pegawai yang jujur, karena itu dia perlu memperbaiki diri apa sejauh ini dia lebih senang melakukan aktivitas usaha sendirian ataupun lebih senang mendayagunakan orang lain. Jika pusing memimpin karyawan, itu bisa saja tanda belum tumbuh ethos pemberdaya dalam jiwanya.
Ethos pemberdaya akan membuat usaha semakin maju karena kekuatan mendayagunakan seseorang. Itu penyebabnya mereka yang punyai ethos pemberdaya selalu belajar memimpin dan mendelegasikan tugas.
Ethos Tangan Di Atas, sebetulnya paling gampang diterapkan. Pesan intinya ialah, jangan sampai anda jadi pebisnis yang kikir. Kemajuan usaha anda bisa menjadi karunia untuk keluarga anda pada saat anda jadi orang pemurah hati. Lanjutannya, kedermawanan anda akan menggerakkan perkembangan usaha anda. Makin banyak memberi, akan makin banyak menerima, artinya usaha anda makin maju.
Bukan hanya itu, dengan sudut pandang sebagai pemberi, anda telah melebihi apa yang disebutkan kemandirian yang sering didengungkan pemerintahan. Kemandirian ialah sikap berkenaan bagaimana anda dapat membuat usaha tanpa kontribusi pihak lain. Dan ethos tangan di atas ialah berdikari dan berbagi.
Ethos tangan di atas membuat anda selalu berpikiran dan melakukan tindakan jadi orang yang menolong, bukan yang meminta kontribusi, karenanya banyak menolong, otomatis banyak ditolong. Beberapa negara maju bukan selalu negara maju, tetapi karena sikap pemimpinan yang menyukai menolong negara lain. Mereka menolong bukan lantaran kaya, tetapi karena kerap menolong karena itu jadi kaya.